Senin, 07 April 2017
Liputan
dilakukan dengan cara melakukan observasi dan wawancara secara langsung pada
peristiwa yang akan dilaporkan. Hal ini bisa dilakukan untuk berita-berita yang
sudah diduga atau terjadwal. Di dalam melakukan liputan, wartawan harus bisa
mengumpulkan informasi yang lengkap, meliputi informasi tentang apa, siapa,
kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa atau bisa disebut dengan menggunakan
5W+1H.
Untuk
berita-berita yang tak terduga, yang biasanya sudah terjadi tanpa kehadiran
wartawan ditempat peristiwa, maka wartawana
melakukan liputan dengan menggali informasi melalui wawancara. Wawancara
atau interview merupakan salah satu cara menggali informasi lewat percakapan
antara wartawan dengan seseorang yang menjadi sumber berita. Seorang wartawan
tidak bisa mewawancarai sembarang orang.
Interview
(yang diwawancarai) adalah seorang atau sejumlah orang kedudukannya, peranannya
atau keterlibatannya, kompetisi atau keahlian, dan pengalamannya, dianggap
memiliki informasi pentingyang dibutuhkan wartawan sebagai bahan penulisan
berita.
Jenis-jenis
wawancara:
1. Factual
news interview
Wawancara
dengan sumber berita yang memiliki otoritas atau mengetahui dengan persis suatu
peristiwa atau permasalahan yang hendak diberitakan.
2. Casual
interview (doorstop)
Wawancara
yang tidak diatur atau direncanakan terlebih dahulu. Dilakukan secara mendadak
pada saat wartawan bertemu dengan sumber berita.
3. Group
interview
Wawancara
yang dilakukan oleh sejumlah wartawan dari berbagai media massa dengan seorang
atau lebih sumber berita. Hal ini terjadi terutama pada acara konferensi pers
atau jumpa pers.
4. Personality
interviewali
Wawancara
yang memiliki tujuan khusus, yaitu menggali penjelasan lebih jauh mengenai
pribadi seseorang. Biasanya dikaitkan dengan penulisan profil seseorang.
Hal-hal
yang perlu disiapkan sebelum wawancara
1. Menyusun pertanyaan mengenai permasalahan yang akan
ditanyakan secara runtut .
2. Memastikan
bahwa sumber berita benar-benar menguasai permasalahan yang akan ditayangkan.
3. Melakukan
kontak atau janjian dengan sumber berita untuk memastikan waktu dan
permasalahannya.
4. Apabila
diminta, wartawan bisa memberikan daftar pertanyaan terlebih dahulu, agar
narasumber siap dengan bahan yang
diperlukan.
5. Persiapkan
alat-alat yang akan digunakan untuk mencatat atau merekam hasil wawancara.
Misalnya: notes, pena dan alat perekam.
Etika
ketika wawancara:
1. Cek
lebih dahulu perjanian yang sudah dibuat dengan sumber berita.
2. Bersikap
sopan dan memperkenalkan diri lebih dahulu dengan menyebutkan identitas (nama
dan asal media massa).
3. Ajukan
pertanyaan secara ringkas, jelas dan to the point.
4. Apabila
sumber berita terkesan berusaha menutupi informasi, ajukan pertanyaan yang
tidak langsung.
5. Jangan
mendorong sumber berita dengan pertanyaan. Dengarkan apa jawaban sumber berita
atas pertanyaan sebelumnya.
6. Membuat
suasana santai. Jangan mengeluarkan notes, alat perekam, atau mengambil foto
tanpa minta izin terlebih dulu.
7. Cara
terbaik adalah Tidak mencatat selama selama melakukan wawancara. Namun berusaha
mengingat isi pembicaraan dan setelah mewawancara, baru menuliskan catatannya.
8. Berusaha
untuk menjaga agar masalah tidak keluar dari kerangkanya atau melebar
kepembicaraan yang tidak relevan.
9. Tidak
mengajukan pertanyaan yang “bodoh”. Misalnya pertanyaan yang klise, atau
pertanyaan retoris atau pertanyaan yang tidak peka kepada perasaan sumber
berita.
10. Apabila
akan mengalihkan percakapan kepermasalahan yang berbeda, mintalah izin terlebih
dahulu kepada sumber berita.
11. Menjaga
atau melindungi kerahasiaan identitas. Sumber berita yang ideal adalah apabila
sumber berita mau disebutkan identitasnya dengan jelas. Namun apabila dia
keberatan, maka wartawan harus menjaga kebersihan identitasnya.
12. Wartawan
juga harus menghormati permintaan untuk off the record, dimana informasi yang
diberikan oleh sumber berita hanya boleh diketahui oleh wartawan dan redaktur,
namun tidak boleh dimuat didalam berita dimedia massa.
13. Apalagi
mengakhiri wawancara, ucapkan terimakasih dan mintalah kesediaan sumber berita
untuk dihubungi lagi pada kesempatan yang lain.
Ragam
Jurnalistik
1. Menaati
aturan ajaran yang berlaku (EYD).
2. Menaati
kaidah tata bahasa Indonesia yang berlaku.
3. Tidak
meninggalkan prefix me- dan prefix ber- kecuali pada judul berita.
4. Menggunakan
kalimat pendek dan lengkap (SPO).
5. Menggunakan
kalmia logis. Satu kalimat hanya berisi satu gagasan.
6. Satu
paragraf hanya terdiri dari dua atau tiga buah kalimat. Kesatuan dan kepaduan antar
kalimat harus terpeloihara.
7. Menggunakan
bentuk kalimat aktif pada kata maupun kalimat. Bentuk kalimat pasif hanya
digunakan kalau memang perlu. Begitu juga kata sifat yang dibatasi
penggunaanya.