Bahasa
Yang Tepat Makna
Ada beberapa cara untuk
menerapkan prinsip tepat makna di dalam bahasa jurnalistik. Antara lain:
1) Menggunkan
kata-kata yang secara faktual adalah benar;
2) Menggunkan
kata-kata yang secara gramatikal memiliki bentuk yang tepat;
3) Menggunakan
kata yang secara semantik mempunyai nuansa makna yang tepat dari sedert kata
bersinonim;
4) Menghindari
bentuk-bentuk frase atau kalimat yang ambigu; dan
5) Menyusun
kalimat sesuai dengan kaidah gramatikal.
Ø Kata-kata dengan kebenaran Faktual
Yang
dimaksud dengan kata-kata yang memiliki kebenaran faktual adalah kata-kata yang
sesuai objek empirisnya. Kalimat berikut tidak tepat makna karena tidak sesuai
dengan fakta empiris.
Contoh:
Cianjur terletak di Jawa Tengah (kalimat tidak tepat makna karena Cianjur
secara faktual terletak di Jawa Barat).
Ø Kata-kata dengan bentuk Gramatikal
yang tepat
Yang
dimaksud dengan kata-kata dengan bentuk gramatikal yang tepat adalah kata-kata
yang memiliki bentuk gramatikal yang mendukung konsep makna yang tepat.
Seperti, kata Melemparkan terkandung
makna “objek yang bergerak”, kata menghindarkan
terkandung makna “menghindar akan” sedangkan menghindari “menghindar dari”.
Simak
kalimat-kalimat yang tepat makna dengan kata-kata tersebut.
-
Anggota Dewan yang marah melemparkan botol minuman ke arah ketua
sidang.
-
Mereka melempari ketua sidang dengan botol minuman.
-
Polisi berusaha menghindarkan tersangka copet dari amukan masa.
Ø Pilihan dari kata-kata Bersinonim
Banyak
orang berpendapat bahwa kata-kata yang bersinonim seperti mati, wafat, meninggal, berpulang, tewas, gugur, dan mampus
memiliki makna yang sama; namun, sebenarnya tidak. Yang sama hanyalah makna
dasranya, yaitu “yang tadinya bernyawa menjadi tidak bernyawa lagi.”
Contoh: Dua orang prajurit gugur dalam kontak senjata itu.
Ø Menghindari bentuk-bentuk ambiguiti
Yang
dimaksud dengan bentuk ambiguiti, yakni bentuk frase atau kalimat yang
mempunyai potensi untuk ditafsirkan memiliki lebih dari satu makna.
-
Anak
dan bapak yang nakal
Anak
dan bapak yang nakal ditafsirkan bermakna (a) yang nakal
anaknya dan bapaknya; (b) yang nakal hanya bapaknya, anaknya tidak. Konstruksi
itu harus dihindari. Caranya, kalau yang diinginkan makna (a) maka
konstruksinya adalah (a). Jadi, Anak dan
bapak sama-sama nakal. Sedangkan jika yang diinginkan makna (b) maka
konstruksinya adalah (b) Anak dan bapak
nakal, jadi, tanpa konjungsi yang diantara
kata anak dan kata nakal.
Ø Susunan kalimat yang cermat
Dalam
rangka menerapkan prinsip tepat makna, maka unsur subjek dan unsur predikat
harus ada. Jika salah sat tidak ada maka ketepatan makna akan terganggu.
-
Dalam
sidang pansus hak angket Bank Century kemarin memeriksa Robert Tantular,
pemilik Bank Century itu
Kalimat diatas
tidak jelas makna, sebab subjeknya tidak ada. Kalimat itu dimulai dengan
keterangan tempat. “Dalam sidang Pansus hak angket Bank Century kemarin.” Untuk
menjadi bersubjek kata dalam yang ada
pada keterangan tempat harus dihilangkan, sehingga menjadi sebuah subjek. Dalam
sidang pansus hak angket Bank Century
kemarin memeriksa Robert Tantular, pemilik Bank Century itu.
Bahasa
yang Menarik
Ø Menarik pada Judul Berita
Petama-tama
orang ingin membaca sebuah berita adalah karena melihat judul beritanya. Pleh
karena itu, menurut Rosihan Anwar (1991), judul berita itu harus dikemas
semenarik mungkin, dengan kata-kata yang dapat mengunggah perasaan dan minat
pembaca. Judul berita harus dalam bentuk kalimat yang predikatnya berupa verba
atau kata kerja. Lebih baik lagi verba yang bersifat aktif, bukan pasif,
meskipun prefiks me- pada verba itu
ditinggalkan. Misalnya:
-
Pansus Angket Bank Century periksa Robert Tantular
-
Ruhut Sitompul bentak Gayus Lumbuun
-
Budiono bantah Ausit BPK
Ø Menarik pada Teras Berita
Yang
dimaksud dengan teras berita, yakni paragraf pertama dari berita langsung yang
berisi informasi mengenai yang akan dikembangkan pada badan berita. Misalnya,
untuk berita berjudul:
-
Busway
Nabrak Sepeda Motor
Teras beritanya dibuat dalam tiga
buah kalimat singkat.
-
Lagi,
kecelakaan di jalur busway. Samsudin (30th), warga Rt. 04 Rw. 09 Kelurahan
Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin pagi sekitar pukul 8 ketika
motong jalur busway di Mataram Raya, terpental dihantam bus transjakarta sejauh
5 meter. Korban yang luka parah dilarikan ke RSCM. Kasusnya ditangani polsek
Mataram.
Dalam
teras berita di atas kita lihat semua unsur yang harus ada pada sebuah berita
(5W + 1H) telah dipaparkan.
Ø Menarik untuk Badan Berita, Berita
Kisah, dan Artkel
-
Mendramatisasi
kejadian
-
Beliau marah kepada kami
Melainkan harus dinyatakan sebagai
kalimat berikut.
-
Beliau menggebrak meja sambil berteriak
dan melotot pada kami.
-
Mengkonkretkan
Kata Abstrak
-
Dulu mantan penguasa pada zaman Orde
Baru itu memiliki izin HPH di Kalimantan yang luas.
Harus diubah, dikonkretkan menjadi
kalimat berikut.
-
Dulu mantan penguasa pada zaman Orde
Baru itu memiliki izin HPH di Kalimantan seluas 10 ribu hektar.
-
Variasi
pola Kalimat
-
Variasi
Jenis Kalimat
-
(a) Kami sudah menerima laporan itu (Aktif)
-
(b) Laporan itu sudah kami terima (Pasif)
-
(a) Dia mengemplang pajak 200 juta rupiah (aktif)
-
(b) Pajak 200 juta rupiah ddikemplangnya (pasif)
-
Variasi
Konjungsi
Konjungsi atau
kata sambung pada konteks-konteks tertentu dapat ditinggalkan, alias tidak usah
digunakan. Namun, kalau terpaksa harus digunakan demi menerapkan prinsip tepat
makna, maka hendaknya harus digunakan secara bervariasi demi menerapkan prinsip
bahasa yang menarik.
-
Penggunaan
Ungkapan, Gaya bahasa, Eufisme, dan Disfemisme
Ungkapan adalah
kata atau gabungan kata yang maknanya tidak dapat ditelusuri secara leksikal
maupun gramatikal.
-
Anggota pansus hak angket Bank Century
mengatakan mereka harus membanting tulang
mencari kebenaran.
Gaya bahasa atau style
adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
-
Bagai elang menyambar anak ayam
tersangka menyambar tas korbannya sambil mengegas sepeda motornya, kabur.
Eufemisme
adalah upaya menampilkan bentuk-bentuk kata yang dianggap memiliki makna yang
lebih luas atau lebih sopan untuk menggantikan kata-kata yang telah biasa dan
dianggap kasar.
-
Pengemudi angkot yang melanggar lalu
lintas itu memberi kebijaksanaan pada
petugas yang menangkapnya.
Disfemisme adalah upaya untuk mengganti kata atau
ungkapan yang halus dengan kata atau ungkapan yang bermakna kasar.
-
Kontingan bulu tangkis kit akhirnya
berhasil menggondol piala Thomas.
Bahasa
yang Nalar
Ø Kesimpulan umum (induktif)
Kesimpulan
umum (induktif) adalah kesimpulan yang ditarik berdasarkan fakta-fakta khusus
menjadi sebuah kesimpulan. Nemun, dalam masyarakat umum banyak kita dengar atau
baca kesimpulan umum yang salah atau tidak benar karena ditarik dari percontoh
fakta-fakta khusus yang tidak cukup. Misalnya:
-
Orang Indonesia itu malas
Kita akui memang
banyak rang Indonesia yang malas, tetapi yang tidak mals masih lebih banyak.
Oleh karena itu, agar pernyataan di atas menjadi nalar, maka seharusnya diberi
keterangan beberapa, atau kata keterangan
lain, sehingga misalnya menjadi:
-
Banyak orang Indonesia yang malas
Ø Kesimpulan Khusus (Deduksi)
Kesimpulan
khusus (deduksi) ditarik dari satu pernyataan umum (PU) dan satu pernyataan
Khusus (PK).
PU : Semua dokter tulisannya jelek
PK : Ayah saya seorang dokter
Jadi : Ayah saya tulisannya jelek
Kesimpulan
“Ayah saya tulisannya jelek” adalah logis dan sah.
Ø Persamaan (Aanlogi) yang salah
Analogi
adalah kesimpulan yang ditarik dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan
satu fakta khusus dengan fakta khusu yang lain. Kesimpulan berdasarkan analogi
ini seringkali menyesatkan karena kedua fakta khusus yang disamakan atau
diperbandingkan tidak ada relevansinya. Simak contoh berikut!
-
Untuk ketertiban kampus Rektor harus
bertindak seperti seorang jendral menguasai anak buahnya agar disiplin bisa
terpenuhi. (tidak jelas/?)
Ø Kesalahan Argumentasi
Argumen
adalah alasan untuk memberikan suatu Pernyataan. Contoh:
-
Kalau Anda senang memancing tentu Anda
akan senang tinggal di daerah ini karena rawa-rawa dan sungainya banyak
ikannya. (benar)
-
Kalu Anda senang memancing tetntu Anda
akan senang tinggal di daerah ini karena tanahnya subur dan pemandangannya
indah. (salah)
Sebab-sebab
kesalahan dalam memberikan argumen:
a. Alasan
yang diberikan tidak mengenai pokok masalah, atau pokok masalah itu ditukar
dengan pokok masalah lain.
b. Alasan
yang diberikan bukan mengenai masalahnya, tetapi mengenai pribadi orangnya.
c. Alasan
yang diberikan tidak berdasarkan pendapat ahli di bidangnya. Umpamanya
pernyataan politik luar negeri didasarkan pada pendapat seoarang ahli biologi,
dst.
d. Alasan
yang diberikan berdasarkan pikiran atau pandangan apriori si pemabca atau
penulis
e. Alasan
yang diberikan tidak ada hubungannya dengan masalah pokok.
f. Alasan
yang diberikan sama dengan masalahnya.